PENULISAN KATA
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu satuan :
Contoh : Paman baru datang kemarin pagi.
Budi baru beli sepeda warna biru.
Ayah pergi ke Bandung.
.
2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh : dipukul
dilebarkan
melewati
bergemuruh
b. Kalau bentuk
dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Contoh : mempertanggungjawabkan
melipatgandakan
memberitahukan
c. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh : Pancasila prasangka
swadaya tunanetra
dwiwarna ultramodern
caturtunggal purnawirawan
mahasiswa saptakrida
Catatan :
1) Bila bentuk
terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar,
diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Contoh : pan-Amerikanisme
non-Israel
2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar.
Contoh : Dalam menjalankan pemerintahan Sultan Agung dikenal sebagai raja yang “mahabijaksana”.
Tuhan maha mengetahui segalanya.
d. Awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Contoh : mata pelajaran melipat tiga
persegi empat bertanggung jawab
.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh : anak-anak huru-hara
gerak-gerik sayur-mayur
tukar-menukar ramah-tamah
mata-mata undang-undang
lauk-pauk mondar-mandir
.
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut
dengan kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya yang umum
ditulis terpisah.
Contoh : meja tulis orang tua
konsul jenderal tegak lurus
duta besar kuda hitam
perdana menteri simpang tiga
rumah sakit segi lima
b. Gabungan kata, termasuk istilah
khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung
untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan.
Contoh : anak-istri ampere-meter
dua-sendi alat pandang-dengar
bapak-ibu adik-kakak
c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai
Contoh : apabila manakala
bilamana bumiputra
barangkali peribahasa
bagaimana tatabahasa
padahal sendratari
.
5. Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai stu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh : Arman duduk di kursi
Paman pergi ke Semarang
Ibu baru saja datang dari Bandung
.
6. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh : Si Pengirim surat itu tidak mencantumkan alamat yang jelas
Kucingku si Manis baru punya anak dua
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil
.
7. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya : ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Apa yang kumiliki bisa kupinjam sekarang juga
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan rapi di rak meja
.
8. Partikel
a. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Marilah kita makan bersama-sama
Siapakah yang menjadi juara sepak bola kemarin?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh : Apa pun yang kau minta tidak akan saya berikan
Ayah pun mengetahui kalau kamu kemarin tidak masuk
Mobil-mobil kecil pun larinya juga cepat sekali
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai : adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Contoh : Meskipun kaya dia tidak tampak sombong
Baik yang laki-laki maupun yang perempuan putranya bergelar sarjana
Walaupun sakit, dia tampak tetap kuat saja
Adapun asal-usul barang itu tidak pernah diketahui
c. Partikel per yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Contoh : Harga gula sekarang Rp 7.000,00 per kilo gram
Mereka diijinkan masuk satu per satu
Dia akan dipindahkan ke jakarta per 1 Januari 2013 tahun depan
.
9. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai
untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Contoh : Angka Arab : 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000).
b. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, dan nilau uang
Contoh : 20 liter air bersih
8 kilogram gula
15 meter persegi
tahun 2000
125 rupiah
Rp 1.000,00
pukul 12.00
c. Angka lazim dipakai untuk menandai nmor jalan, rumah, apartemen atau kamar pada alamat.
Contoh : Jalan Mangkubumi No.25
Hotel tentrem, Kamar 13
d. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya
Contoh : Bab VII, Pasal 15, halaman 54
Surat Al-Baqarah : 24
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan Utuh
Contoh : 17 tujuh belas
29 dua puluh sembilan
145 seratus empat puluh lima
2) Bilangan Pecahan
Contoh : ½ setengah
¼ seperempat
3/5 tiga per lima
9% sembilan persen
3,8 tiga delapan per sepuluh
f. Penulisan kata bilangan tidak dapat dilakukan dengan cara berikut :
Contoh : Tingkat V Bab IX Abad ke XX
Tingkat ke-5 Bab ke-9 Abad ke-20
Tingkat kelima Bab kesembilan Abad keduapuluh
g. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut :
Contoh : tahun 50 -an atau tahun lima puluhan
uang 7000 -an atau uang tujuh ribuan
empat uang 100 -an atau empat uang seratusan
h. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti alam perincian dan pemaparan.
Contoh : Agung memasukkan bola ke gawang lawan sampai lima kali
Di antara 45
anggota yang hadir, 25 orang memberikan suara setuju, 10 orang tidak
setuju, dan 10 orang memberikan suara kosng.
Kendaraan yang disediakan untuk mengangkut pemain dan rombongan itu berjumlah 10 colt, 5 jeep, dan 2 sedan.
i. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Contoh : Enam belas orang yang mendapat kenaikan pangkat
Bukan : 16 orang yang mendapat kenaikan pangkat
j. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh : Suryanto baru saja membeli mobil baru seharga 250 juta rupiah
k. kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contoh : Sekolah kami memiliki 25 orang tenaga guru
Bukan : Sekolah kami memiliki 25 (dua puluh lima) orang tenaga guru.
l. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, enulisannya harus tepat.
Contoh : Dengan ini kami kirimkan uang sebesar Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah).
Dengan ini kami kirimkan uang sebesar 5.000 (lima ribu) rupiah.
Semoga bermanfaat.....
0 Response to "Pedoman Penulisan Kata "
Post a Comment